me right now: I am worthy. I am perfect. I am enough. I am me.
me some other time: anjing kek paus terdampar ayo diet.
me the other time: I respect myself. I will be kind to myself. I matter.
me the next day: babon kali lah
consistency is the key yet she is my biggest foe. ealah cuuuuk cuk.
that candle smells good
we lit it
the fire starts
alas, the flame would go out eventually
but what if
we pick up the electric one
at the hardware store down the line
whats it different?
it will lit up
eternally
but, hows it different?
dear Bu Guru,
aku sudah menemukan orang itu.
namun aku murung akan satu hal, kita percaya kepada Tuhan yang berbeda.
sudah menjadi doaku setiap hari bila suatu saat aku harus berpisah dengannya, jadikan itu perpisahan yang paling ringan yang bisa kuterima dengan berbesar hati.
aku belum bisa mendeskripsikan sebesar apa rasa sayangku kepadanya
tapi yang bisa kuingat, dia sebegitu menghargainya aku.
dia selalu peduli dengan jilbabku. tidak sembarang menyentuhku tanpa izin.
pernah aku bertanya kepadanya, “why you havent hold my hand in public?”
“aku tidak enak dengan jilbabmu.”
dia pemerhati,
dengan apa yang kulakukan
dengan apa yang tidak kulakukan
dengan apa yang kuucapkan
dengan apa yang tidak kuucapkan
izinkan aku mengutip cuitan seseorang,
memang
se-lama itu aku memupuk perasaan muram durja. membangun dinding begitu tinggi. membentuk kepribadian berlapis. pandai memanipulasi. mampu memainkan pikiran orang-orang yang bertanya-tanya seperti apa aku sebenarnya. mereka hanya mampu melihat dari topeng apa yang kukenakan saat itu.
mereka mau menilaiku sebagai wanita baik, aku perlihatkan.
mereka mau menilaiku sebagai wanita murahan, aku perlihatkan.
mereka mau menilaiku sebagai wanita pemain, aku perlihatkan.
dia bilang asumsi yang mereka buat untukku sepenuhnya adalah salahku sendiri sebab akulah yang memutuskan berbuat seperti itu. tapi bagiku tidak. mereka membuat asumsi karena itu yang ingin mereka percayai. percuma aku membantah asumsi mereka karena itu yang mereka inginkan. jadi, biarkan aku mengikuti asumsi yang mereka bentuk.
mereka berasumsi aku licik seperti ular? memang.
mereka berasumsi aku wanita malam yang suka jajan di luar? memang
mereka berasumsi aku pandai menjilat? semua ku memang kan.
itu caraku menyaring.
aku pernah cerita ke kamu tidak, kalau aku baru saja bermimpi suatu hal yang menyenangkan?
bukan menyenangkan. apa ya kosakata yang tepat? mimpi itu membuat hatiku nyaman. tentram. aku tersenyum damai mengingatnya. aku tersenyum karena ternyata, aku bahagia bersamamu.
benar, aku tidak mau meletakkan kebahagiaanku di orang lain. sama seperti tidak boleh meletakkan suatu mimpi di orang lain. apa itu kata orang banyak. bila kau meletakkan kebahagiaanmu di orang lain, begitu orang itu sudah tidak lagi bersamamu, kebahagiaan itu juga tidak lagi bersamamu. dia akan pergi membawa bahagia itu. tidak, aku tidak mau begitu.
tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau memang, aku bahagia bersamamu.
tapi tidak lupa juga, aku harus mematrikan hal ini di otakku. kebahagiaan yang kumiliki sekarang, jangan sampai membuatku terpuruk berkepanjangan bila tiba-tiba dicabut dariku.
oke, jadi gini.
kita berdua sebagai sepasang kekasih. menghadiri suatu acara, ntahlah acara apa itu. seperti acara reuni atau sejenisnya. mengapa aku bisa bilang begitu karena ternyata tamu-tamu yang hadir adalah teman-teman lamaku. teman sekolah, kuliah, berkumpul jadi satu. aku tersenyum lebar sekali di mimpi itu. menggandeng tanganmu, sembari say hello dengan teman-temanku itu. kau juga ikut tersenyum lebar dan memperkenalkan dirimu kepada mereka yang menghampiriku. aku mengagumi tatapanmu. caramu bertutur. bahasa tubuhmu. lugas dan hangat sekali. kamu mampu mengendalikan lawan bicaramu.
aku terpana seperti di adegan film. dunia di sekelilingmu bergerak dengan slow motion. aku menikmati melambatnya waktu kala itu. menikmati memperhatikanmu.
aku bahagia.
which one is fake 